Monday, July 12, 2010

Sekadar Melepas Kejenuhan di Weekend Hari Hari Sorong-ku..

Sudah 2 minggu berlalu sejak saya ‘turun’ dari Yembun dan kembali ke kontrakan di kota Sorong. Saya sudah mulai jenuh dengan tidak adanya kerjaan di sini, maka saya berencana weekend akan jalan-jalan kembali mengunjungi tempat-tempat menarik di Sorong.

Setelah mengajak teman sejawat yang tinggal satu kontrakan selama 1 hari, saya menyerah, mereka masih kecapean setelah melaksanakan baksos di hari sebelumnya ke suatu distrik criteria S.T (Sangat Terpencil) nya kabupaten Sorong, yaitu DIstrik Klawak yang ditempuh menggunakan mobil semacam strada atau ranger selama 4-5 jam dengan jalanan yang buruk (maklum, mereka sejak tiba di papua blm sama sekali merasakan bepergian ke daerah terpencil dan ‘ngendok’ dirumah lebih dari 1,5 bulan sehingga komentarnya macem-macem,dari yang badan mau remuk, muntah,kapok,dsb,hehe,padahal distrik penugasan sejawat Tambrauw ku ini jauh lebih parah dari Klawak, entah kapan mereka akan ‘naik’,karena pihak dinkes juga tidak jelas). So..pergilah saya sendirian.

Pulau Doom

Perjalanan di mulai dari kontrakan di KM.10, tepatnya di KPR POLRI. Tujuan saya adalah Pulau Doom. Dari depan gang, saya naik taksi (angkot kalau di jawa) kuning jalur H, turun di terminal. Di Kota, semua taksi yang lalu lalang berwarna kuning dengan jalur yang berbeda-beda, dengan tariff jauh dekat Rp.2500-Rp.3000. Kalau ada yang berwarna biru, maka itu taksi yang keluar kota. Dari terminal saya melanjutkan menaiki taksi jalur B dan turun di pelabuhan altedom yang terletak paling dekat dengan tembok berlin
. Di kota terdapat 4 pelabuhan, yaitu pelabuhan rakyat, pelabuhan departemen perikanan, pelabuhan PELNI, dan pelabuhan altedom (tempat taksi-taksi laut yang mengantar masyarakat ke pulau-pulau kecil di sekitar sorong (Distrik Sorong Kepulauan).

Dari altedom saya langsung naik longboat berkapasitas 14 orang dengan membayar Rp.3000, untung nya saat itu penumpang sudah 13 sehingga begitu saya masuk, perahu langsung berangkat. Hanya butuh 10 menit untuk mencapai pulau Doom ini.

Tiba di doom, banyak sekali becak yang sudah menunggu menawarkan jasanya, ditempat itu pula lah pasar utama pulau ini. Saya langsung naik salah satu becak untuk berkeliling pulau, dengan biaya Rp.20.000. sebenarnya masih bisa ditawar hingga 15 ribu, tapi saat itu saya lupa untuk nawar, hehe. Dimulai kah berkeliling sambil ngobrol dengan abang tukang becak yang berasal dari teluk bintuni dan sedang merantau di sorong ini. Dia juga bercerita kalau bulan lalu ada 5 orang dokter ptt raja ampat yang datang ke pulau ini dan diantar olehnya. 3 cowok dan 2 cewek, saya langsung paham siapa yang dimaksud abang becak ini, hehe..5 orang ini tentunya sudah berada di raja ampat saat tulisan ini dibuat. Beberapa sudah tidak bisa dihubungi karena tidak ada sinyal di distrik mereka.

Pulau doom ini salah satu pulau tua yang bekas peninggalan belanda, banyak sekali penduduk pendatang dan agama islam cukup mayoritas dengan 2 buah masjid besar dan beberapa gereja. Jalanan sudah bagus, dan perumahan tertata rapih. Jarang sekali kendaraan motor berlalu lalang, hanya becak, yang menjadikan pulau ini kurang polusi baik udara dan juga kebisingan.

Butuh waktu 30 menit untuk mengelilingi, dan selama perjalanan saya melihat lapangan bola (yang kata abang becak suka dipakai latihan persipura), sd, puskesmas, kantor polisi, beberapa rumah pertemuan masyarakat, masjid, dan gereja. Cukup lengkap di pulau ini, aktivitas perdagangan juga berjalan lancer, harga tidak terlalu mahal, dan ada rumah makan. Tapi tidak ada penginapan, karena memang ini bukan lah pulau wisata. Pantainya tidak bagus. Kata abang becak, kalo mau pantai bagus bisa ke pulau raam (p.buaya) atau pulau jeffman (bandara pertama sorong terletak di pulau ini, bekas peninggalan belanda, sekarang sudah tidak digunakan) yang lebih jauh lagi.

Saya menyempatkan dulu untuk solat dzuhur di mesjid yang terletak dekat dengan terminal taksi laut dan pasar, lalu menyempatkan jeprat jepret di dermaga, dan kembali menyeberang ke sorong.

Vihara Budha Jayanti

Tiba di altedom saya masih belum ingin pulang, dan ingat pernah membaca di internet bahwa ada vihara bagus di kota. Maka saya naik taksi jalur B kea rah pasar Bosweseen sambil bertanya di mana ada vihara kepada ibu2 paruh baya yang ternyata berasal dari Bandung dan sudah 14 tahun di sorong.
Tiba di sebuah vihara yang ternyata Cuma sebuah rumah biasa dengan pagar terkunci, tidak sesuai dengan yang say abaca bahwa terdapat pagoda, maka saya menyusuri jalan sambil bertanya ke ibu-ibu penjual gorengan (sambil mengganjal perut dengan 1 pisang dan 1 ubi @1000), ternyata si ibu tidak tahu. Lanjut ke sebuah took sambil beli aqua botol 600 ml @3500, kata si kakak ada sebuah vihara jayanti tidak jauh dari sana, tempat biasa dia berolahraga, loh?kok..tapi dia bilang vihara itu terkenal, so saya kunjungi lah dengan naik ojek Rp.3000 dari sana.


Tiba di lokasi terdapat sebuah patung besar dewi (ntah siapa) di pinggir sebuah danau/atau sungai gak jelas juga, dan ada vihara yang setengah nya berdiri di atas danau tadi. Saya kurang yakin ini tempatnya, walau sebenarnya cukup bagus. Menurut tukang ojek, ada satu lagi vihara tapi cukup jauh dan menanjak dari sana. Setelah nego harga beliau mau mengantar dengan Rp. 10.000, sambil bercerita kalau dia belum pernah juga ke sana hanya melihat plang nya dari jalan raya. Abang ojek ini asal semarang dan baru satu tahun di sorong.
Akhirnya tiba juga di sebuah pagoda (NAH INI DIA) setelah menanjak sekitar 300 meter dari main road Jl. Basuki Rachmat. Cukup takjub juga ada bangunan seperti ini yang tersembunyi di tengah tengah kota sorong, terdapat 7 tingkat, tapi saat itu digembok dan saya tidak dapat izin untuk masuk. Tapi di sana ada 3 orang anak kecil yang mengajak saya berkeliling, karena tukang ojek juga blm pernah ke situ, dia setuju untuk menunggu saya sambil melihat-lihat sekeliling juga.


Walau tidak bisa mencapai puncak pagoda, saya bisa memasuki salah satu bangunan vihara yang pemandangannya ke laut di pantai sorong tersebut. ada tulisan di pintunya “VIHARA BUDHA JAYANTI”. Dari atas sini, pulau doom, p. raam, p. soop, p. jeffman, dan pulau lainnya terbentang di depan mata, juga kapal-kapal besar yang mengangkut minyak dan juga peti kemas di pelabuhan juga terlihat. Kalau saja saat itu malam hari pasti lampu-lampunya sangat indah, apalagi kalau bisa naik ke tingkat teratas pagoda, pasti lebih jelas melihat pemandangan itu.

Menurut tiga anak sd ini,feby, dessi, dan satu lagi saya lupa namanya. Di dalam pagoda ada banyak patung dewi, ada yang bertangan banyaakk..gitu..walau mereka bukan penganut budha, tapi mereka tinggal tak jauh dari sana dan sering bermain di sini.
Cuaca sudah mulai mendung dan akan gerimis, saya akhirnya kembali ke mainroad diantar oleh abang ojek tadi. Setelah memberikan uang Rp.20.000, sebagai ucapan terima kasih sudah ditunggu dan di foto tadi, hehe. Saya naik taksi kembali menuju terminal, di sana makan siang di sebuah rumah makan Malioboro, saya suka ayam goring disini, besar dan empuk,dengan harga Rp.18.000 (harga standar ayam goring di Sorong), setelah hujan reda lanjut naik taksi jalur H menuju kontrakan saya di KM.10 Belok/KIOS (disini kita mesti bertanya kepada supir apakah mau belok di KM.10/KM.12/atau lurus terus).

Jalan-jalan kali ini hanya 4 jam, walau sendirian dan sekilas-sekilas, setidaknya saya sempat mengunjungi tempat-tempat yang dibicarakan orang layak untuk dikunjungi di kota sorong, menambah koleksi fotoku, dan sekadar melepas kejenuhan di weekend..;)



Total pengeluaran: Rp.85.500
Taksi 5x naik : 15000
Taksi Laut pp : 6000
Becak : 20000
Ojeg : 20000
Gorengan : 2000
Aqua : 3500
Makan Siang : 18000

No comments:

Post a Comment